melodrama sebuah lara

penyesalan yang tak berarti memang sudah seharusnya datang terlambat, 
ketika gejolak gejolak hati mulai tak bisa lagi berbohong, seketika kepalaku berulah lagi saat teringat akan angin yang menusuk hati, sangat dingin dan kejam, parau juga membisu , membawa keheningan yang luar biasa.
kalau kata BungKarno kita butuh waktu untuk berdua saja dengan angin, mengeluarkan semua kisah dan membiarkan airmata mengalir perlahan.
Dunia bukan lagi tempat yang aman bagi masalah rusaknya sebuah perasaan, terkadang manusia lelah akan berbagai macam cerita yang di dengarnya, tapi alam lain cerita, alam tidak pernah lelah untuk tetap mendengarkan lara hati yang terus menangis.
Sebuah air mata yang tak dapat mengubah sesuatu yang telah terjadi, tetapi sebuah air mata lah yang menjawab jika sebuah kata tak lagi dapat terungkapkan dengan baik.
Sungguh denting waktu tak lagi dapat diputar kekiri . Kita harus tau bagaimana menghadapi waktu yang begitu kejam.
hanya sebuah gambar yang mungkin akan menyayat hati sebegitu dalamnya . Sebuah cerita yang mungkin menghujat perasaan sebegitu kejamnya.
Tuhan,sungguh engkau telah mengerti rasanya.